Lebaran, Maaf-maafan, dan Pernikahan


Lebaran, Maaf-maafan, dan Pernikahan


Di desaku, suasana lebaran atau hari raya Idul Fitri bukan hanya ketupat, lontong, dan ayam opor. Selain itu, ada perayaan yang lain, yaitu pernikahan. Iya, berbagai macam lagu dangdut diputar dengan pengeras suara atau speaker atau yang biasa kami sebut salon. Tidak hanya lagu dangdut zaman Ida Laila, namun juga lagu-lagu religi yang disenandungkan oleh Nissa Sabyan. Ada pula yang memutar lagu-lagu pop lawas penyanyi Indonesia. Semuanya saling bersahutan, seperti playlist musik yang tiba-tiba terputar mode acak, namun bersamaan.

Bukan hanya satu, dua salon yang mendendangkan lagu-lagu dalam waktu hampir 24 jam tersebut. Hampir setiap sudut desa mengadakan sumpah sehidup semati itu—pernikahan. Kira-kira kenapa sih mengadakan pernikahan setelah lebaran? Bahkan tahun lalu sepupu dekatku menikah beberapa hari setelah lebaran he-he-he.

Jadi, kenapa ya?

Berdasarkan beberapa kali pertanyaan yang aku lontarkan pada ibuku atau saudara-saudaraku, lalu pengamatanku bahkan aku bertanya pada angin yang berhembus menerpa hidung minimalisku, ada beberapa jawaban yang cukup masuk akal, masuk akal sekali sih lebih tepatnya.

Nah, pertama itu, lebaran atau Hari Raya Idul Fitri ini kan waktunya para perantau pulang ke kampung halaman ya (kalau yang enggak pulang, ya sudah, yang penting kirim kado dan do’anya hahaha). Tentu saja momen ini tepat sekali diaplikasikan untuk merayakan hal lain pula, kenapa tidak sekalian menikah? Jadi, keluarga banyak yang pulang tanpa menambah ongkos di sela-sela hari rantau mereka. Pernikahan jadi ramai kan? Selain itu, banyak keluarga para tetangga juga pulang, lebih ramai lagi kan? Teman-teman sejawat yang ada di perantauan juga pulang. Waduh, tambah ramai kan.

Selain ramai kerabat, kolega dan orang terkasih yang hadir, tentu saja ramai dana yang mengalir dong. Ada THR, ada uang-uang pecingan, dan juga gemah ripah loh jinawi hahaha. Ya, walaupun sembako dan daging harganya naik kalau musim lebaran L makanya, siap-siap fulus yang banyak hahaha.

Momen maaf-maafan ini juga bisa digunakan untuk meminta maaf dan saling memaafkan kepada sang mantan karena sudah mendapat pasangan hidup. Hahaha. Misal saja nih, habis putus malah jadi musuh kan momen ini cocok untuk saling memaafkan dan melapangkan hati yang telah tersakiti. Tapi jangan gitu dong, walaupun sudah putus ikatan sepasang kekasih tapi harusnya tetap menjaga silaturahmi. Ya, enggak? Kecuali si mantan itu memang pantas untuk tidak mendapatkan maaf. Tapi, tapi, manusia kan harus saling memaafkan. Ya sudah, yang penting ikhlas saja, semoga kesakitan di hati kalian menjadi penolong kalian di perhitungan amal nanti. (jauh amat ya).

Ya, jadi seperti itu lah yang bisa aku tulis. Mungkin ada yang mau menambahkan mengapa banyak pernikahan setelah lebaran? Jika tahun kemarin mas sepupu ku menikah, tahun ini tidak ada yang menikah, mungkin Idul Fitri tahun depan aku yang menikah? HAHAHAHAHAAHAHAHA.

BYEEEEEEEEEEEEE!



Komentar