Title : Daddy
Casts : Lee Hi | Kim Hanbin (iKON) | Kim Bobby (iKON)
Genre : family, romance.
Hari ini gue akan
mengajak seorang gadis berkencan. Hihihi. Apa gue terlihat kuno? Maksud
gue eww siapa yang tidak kenal Kim Hanbin si playboy tampan tingkat dewa
itu?
Yayayaya, gue kan boleh
'sedikit' menyombongkan diri. Eh maksud gue sadar diri bahwa gueini
sekali lagi TAMPAN. EUH SANGAT TAMPAN.
Lihat bisep gue yang memang tidak terlalu besar tapi terlihat gagah bukan.
Ah, gue jadi narsis
kalau di depan cermin begini. Ketampananku membuat cermin kamar yang di
pesan sejak gue berumur 10 tahun ini bersemu malu. Hahaha.
Drrt-drrt
Itu suara hape gue yang bergetar istilah kerennya vicrating karena gue ada telfon.
Apa gadis itu telfon?
Uh, semua gadis sama saja. Mereka tidak sabar menunggu padahal ini masih
satu jam dari waktu yang dijanjikan.
Babi calling...
Eh? Kok si babi tonggos yang nelfon?
Ah iya.
Dia pasti penasaran apa
gue beneran jalan atau tidak dengan gadis yang dia 'target' kan juga
namun gagal dan dia menyerahkan gadis itu padaku. SI PLAYBOY TAMPAN
TINGKAT DEWA.
*cough*
"Yo wassup!" itu suara
Bobby seperti biasa menyapa dengan bahasa sok gaulnya yang ke inggrisan
itu. Hah. Mentang-mentang dia asli Amerika. Jangan tanya asal mana, gue
lupa.
"Apa?" tanya gue malas
Kudengar dia tertawa
renyah. Bisa gue bayangkan matanya yang kecil itu menyipit dan bibirnya
yang lebar itu naik beberapa centi dan lebih lebar karena tawanya. Bisa
kalian bayangkan tidak?
Seperti ini :
"Lo beneran jalan sama si doi?"
Gue ngangguk, "Iye. Nape? Lo mau jadi obat nyamuk kita?"
Gue gak berusaha melucu
tapi gue dengar dia ketawa lagi. Sungguh. Bobby itu anaknya aneh tapi
kok gue bisa jadi sohibnya ya? Kata fans *cough* alias cewek-cewek yang
demen sama gue di sekolah dan kampus mereka nyebut kita dengan nama
DOUBLE B.
Why?
Karena nama kece gue itu.I dibaca Be I (Bi Ai).
Kece kan?
Ini nama stage gue pas
jadi rapper entah di acara sekolah atau acara-acara lain yang ada
rapper-rappernya. Oiya, di club tempat gue mabokan juga gue ngisi acara
dengan nama panggung gue itu.
BI AI.
Lalalala.
"Jadi selama dua minggu
ini lo jarang ada di club itu karena deketin dia? Wah wah gue gak
nyangka lo bakal gini amat sama taruhan kita. Kalo lo berhasil cium dia
yah walaupun gak sampe pacaran gue bakal kasih taruhan yang lebih.
Gimana?"
WHAT THE FOOD.
Gue tau si Babi ini
keturunan raja minyak di Arab (padahal sama sekali gak ada ke arabannya)
jadi kalau taruhan sama dia pasti 'hadiah'nya neko-neko yang susah
didapetin di Korea. Heung. Iya. Iya bokap gue juga tajir top cer. Tapi
dapet yang gratisan ditambah cewek unyu kaya Hayi ya gimana gue gak mau.
Eh Hayi?
Oiya, namanya Lee Hayi.
"CALL!"
***
Hanbin berjalan dengan
tenang dan santai. Tadinya dia akan menaiki mobil terbaru yang ia minta
dari ayahnya (edit : dia merengek pada ayahnya yang sudah lelah pulang
kerja)
"APPA."
"APPA~ AKU INGIN MOBIL YANG INI."
"YA YA YA. APPA~"
"APPA INI MURAH KOK CUMA SEGINI DOANG APPA~~~"
"APPA~ AKU JANJI NILAI MANAJEMEN INDUSTRIKU SEMESTER INI AKAN DAPAT B."
"APPA~~"
"APPPPPAAAAAAAA~"
"APPPPPPPPAAAAAAAAAA~~~~~~~~"
Jangan dibayangkan.
Pemuda yang mempunyai tatapan elang pada setiap wanita cantik yang ia
temui itu berubah seratus delapan puluh derajat di rumah. Iya. Di rumah
Kim Hanbin hanya menjadi pangeran kecil yang hobi merengek.
Jika di luar? Jangan tanya berapa bungkus rokok yang ia habiskan dalam dua jam.
Jangan tanya berapa botol wine dan kawanannya yang ia tenggak.
Jangan tanya berapa lembar won yang ia lemparkan begitu saja di depan gadis-gadis seksi yang menjadi kekasihnya.
Jangan tanya---
"Heish berisik sekali!"
gerutu Hanbin melihat seorang lelaki paruh baya sedang menggeret troli
tak beroda. Lelaki tua itu terlihat lusuh dan kurus.
"Maaf tuan." lelaki tua itu meminta maaf karena mendengar gerutuan Hanbin.
Hanbin sedikit terkejut namun dia belagak sombong dan malah berjalan kembali.
Dia tidak ingin
marah-marah dan membuat wajahnya yang tampan ini menjadi mengkirut
karena marah. Dia tak ingin terlihat jelek di mata Hayi.
Ngomong-ngomong tentang Lee Hayi.
Gadis itu tidak bisa dikatakan tipe yang biasa Hanbin kejar. TIDAK SAMA SEKALI.
Gadis itu pendek, lebih
berisi, dan juga gadis itu bekerja paruh waktu di sebuah mini market
dekat perumahan kumuh (perumahan kecil). Katanya ia bekerja paruh waktu
untuk membiayai perlengkapan kuliahnya karena beasiswa full pun tidak
memberikan ATK gratis.
Hanbin berpikir gadis
itu mungkin miskin. Tapi apalah. Dia kan mau taruhan. Lagipula dia tak
pernah sesulit ini mendapatkan hati seorang gadis. miskin lagi.
Ini menantang buatnya.
Hehe.
Gadis itu dikenalkan
Bobby beberapa minggu lalu karena Bobby bilang gadis itu lucu namun saat
Bobby mendekatinya malah dia acuh sekali. Jadi Bobby berinisiatif
memberikan tantangan pada Hanbin eh taruhan sih lebih tepatnya. Apa
Hanbin bisa mendapatkan hati Hayi? Tentu saja Hanbin si jiwa petualang
wanita itu sangat tertantang.
Dia mendekati Hayi.
Wah.
Tidak seperti yang ia bayangkan. Ternyata Hayi cukup sulit di taklukan.
Hari pertama dia datang
ke minimarket itu dan membeli beberapa minuman soda. Hanbin bergaya
sangat tampan di depan Hayi. Cewek mana yang gak meleleh melihatnya
namun Hayi hanya menatapnya datar eh sebenarnya ramah sih tapi seperti
ke pembeli lainnya.
"Totalnya 8900 won tuan.
Apa ada tambahan?" tanyanya dengan wajah berseri, seperti ke pembeli
lainnya. Kenapa Hanbin tahu? Karena dia sudah memperhatikan Hayi dari
tadi.
Hanbin malah yang terkejut. Dengan gagap dia menjawab, "Ah. Anu tidak ada. Eum ini uangnya."
"Baiklah. Kembaliannya
100 won. Terima kasih sudah berbelanja disini." dan kalimat Hayi itu
diakhiri dengan senyuman yang menawan.
Pantas saja minimarket
ini ramai. Hayi sangat ramah pada semua pelanggan. Bahkan gadis itu
langsung membantu seorang nenek yang susah membuka pintu.
"Eoh halmeoni mari saya bantu." gadis itu lari dan memapah nenek tua itu seolah neneknya sendiri.
Itu adalah hari kedua Hanbin datang dan duduk di tempat yang disediakan.
Lalu pada hari-hari
berikutnya Hanbin datang 'berkunjung' semakin banyak kebaikan yang Hayi
perlihatkan padanya. Kebaikan-kebaikan yang seolah menusuk matanya.
"Hai adik kecil. Mau beli apa?"
"Aku mau susu rasa strawberry noona."
"Baiklah noona bantu carikan yah. Ayo ikut noona."
Hanbin menelan
ramyun-nya tak percaya. Hayi membuat orang di sekitarnya sangat nyaman.
Beberapa lelaki dengan berani menanyakan nomor ponselnya karena dia
sangat menarik. Mereka menggoda Hayi.
Itu membuat hati Hanbin mendidih entah mengapa.
Ini hari ketujuh dia sudah stay di kursi pembeli.
"Wah sepertinya
minimarket ini mendapat pelanggan baru tuan?" Sedang asik-asiknya
menyantap brownies sambil sesekali melirik meja kasir melihat Hayi eh
malah dia tersedak karena mendengar suara Hayi di sampingnya.
Padahal sudah berapa
kali Hanbin berusaha menanyakan lebih tentangnya namun Hayi hanya
menjawab sekadarnya--tentu saja dengan nada ramah. Lalu sekarang Hayi
duduk di sampingnya? Demi Tuhan yang tak pernah ia sebut-sebut Hanbin
hampir saja melompat.
"Maaf mengganggu acara makanmu tuan." Hayi merasa bersalah dan mundur lalu membungkuk meminta maaf.
"Ah tidak-tidak. Jangan panggil aku tuan. Sepertinya kita seumuran."
"Ah begitukah hehe."
"Panggil saja Hanbin."
"Ah baiklah Hanbin. Permisi ya aku bersihkan ini."
Ah. Hampir saja Hanbin mendesah kecewa karena Hayi hanya basa-basi sambil membersihkan meja di sebelahnya.
"Eum Hayi."
"Iya?"
"Bisakah kita berteman?"
Oh Sh*t. Apa sih yang kau bicarakan. Teman? What the--
Hanbin mengutuk dirinya sendiri.
"Boleh." Hayi tersenyum
ramah seperti biasa lalu berjalan kembali ke kasir setelah membuang
sampah yang di tinggalkan para pembeli.
***
Bisa dikatakan dua kali sehari gue datang ke minimarket ini. Kadang ibu tanya tapi gue cuma jawab "Main eh ngerjain tugas."
Tidak sepenuhnya bohong
karena gue emang buka buku disana sambil makan snack dan melihat Hayi
yang tersenyum sama gue kalau kami beradu pandang. Ah senangnya...
Oiya Hayi sepertinya
sudah punya pacar eh sabodolah. Kenapa gue bisa ngomong gitu...karena
Hayi sering ngecek hapenya kalau ga ada pembeli dan menjawab telfon
sambil tersenyum.
Ah...gue cemburu.
"Hayi eum kamu kuliah juga?" tanya gue ragu saat membayar snack yang gue beli.
Hayi agak terkejut namun dia mengangguk, "Ada apa yah?"
"Kamu ambil jurusan apa?"
"Ekonomi. Sekarang di semester enam.Oiya, apa kamu mau pake kartu? Produk ini dapat diskon loh."
"Eh iyakah? Aku juga
ekonomi semester enam. Kamu kuliah di univ mana? Eh boleh-boleh ini
kartunya." gue ngasih kartu minimarket gue yang gue bikin dua hari
setelah pertama kali kesini.
"Disini." Hayi menunjuk
buku berlambang universriasnya yang ternyata ada di meja kecil dekat
kursi kasir. Dia belajar juga? Woah.
"Wah disitukan saingannya ketat."
"Hehe lumayanlah."
Top cer banget ni cewek.
Tapi kok kuliah di univ elit kaya gitu dia kerja sambilan disini?
Sedenger gue sih yang kuliah disitu anak orang kaya semua, kalaupun
kerja sambilan ya kerja sambilannya di mall. Jadi model atau apalah yang
elit juga. Bukan minimarket kaya gini.
"Eh Hay--" belum selesai
aku bicara tapi hapenya berdering. Hayi memberikan kembalian uangku dan
kartu minimarketku lalu memberi salam terima kasih seperti biasa
sebelum ke ruang belakang kasir dan menerima telfon.
Ah...menyebalkan.
***
"OY!"
Gue kenal suara itu. Suara siapa lagi kalau bukan Babi.
Eh dia langsung lompat depan gue dan ngelebarin kedua tangannya minta peluk. Cih. Najis.
Tapi tetep aja gue peluk itu sohib sepersetanan gue.
"Gimana kabar lo deketin doi man?"
cih logat kebaratannya itu gak pantes dipake di bahasa korea kecuali lo
Krystal f(x) yang suaranya seksi itu atau lo Jessica SNSD yang suaranya
ngegemesin high pitch gitu.
Atau lo Taecyeon 2pm yang ganteng dan suaranya berat. atau...
"WOY."
Iya setan.
"Apa?"
"Dih tumben lo ngampus."
itu bukan pertanyaan penting Hanbin. Eh penting juga sih karena si babi
ini jarang banget nongol di kampus apalagi mata kuliah hari ini. apasih
mata kuliah hari ini? bah gue juga gatau.
"Lo kali yang tumben ngampus." gue menyikut perutnya, eh dia ketawa. Emang gila ni anak satu.
"Dosennya seksi cuy. Gue mau berfantasi ria."
"Lah? Bukannya pak Go? Si botak itu?"
"Lah lo gak liat di grup kelas kalo pak Go sakit terus di gantiin dosen univ sebelah man?"
Gue mengerutkan dahi lalu menyengir sapi. Bobby ikutan juga. Kami memang sohib terbaeeek.
"Gimana kabar doi? Gue kangen senyum ramahnya. Suara dia tebel serek sih tapi enak aja dengernya."
Oh sh*t kenapa gue kesel denger si tonggos ini muji Hayi?
"Lo masih ngincer dia?" gue gak bisa nyembunyiin nada kesel di pertanyaan gue.
Bobby menatapku kaget, "Lo cemburu?"
Gue acuh dan kembali
berjalan sok santai. Bobby tertawa, "Kalau gue gak nyerah karena dia
terlalu ramah dan susah di lebih jauhin ya gue gak bakal ngasih dia ke
lo lah Bin."
"Lo bilang dia susah. Apanya yang susah? Orang dia baik banget. Gak cuek sama sekali."
"Lah iya kan tadi gue udah bilang dia terlalu ramah sama semua orang."
"Cih."
"Lo ga tau udah berapa cowok yang deketin dia juga? Lo tau Yunhyeong gak? Si cowok jenius super ganteng dan baik itu?"
"Tau. Dia gue bayar buat ngerjain kalkulus lanjut gue."
"Terus lo tau Bambam si dancer hiperaktif dari thailand itu gak?"
"Iye tau. Dia kan yang ngedance pas gue ngerapp di klub waktu itu kan?"
Bobby mengangguk, "Dia
juga deketin Hayi eh dia malah di comblangin sama temen Hayi yang super
seksi. Lisa namanya. Orang Thailand juga malah."
Ini Bobby kesurupan apa
sih jadi tukang gosip super up to date banget. Lagian sapa juga yang
butuh informasi tentang cowok yang deketin Hayi?
"Ohiya si Yunhyeong itu,
dia di friendzone nin sama Hayi. Apalagi gue? Dia juga rada illfeel
sama kelakuan gue yang super modus kali ya. Masih ramah sih tapi
ngehindar hahhaha."
"Lo ngapain dia?"
"Weiss man, gue cuma deketin wajah gue ke dia doang kok. Kaya biasa."
"Brengsek lo."
"Kita kan emang brengsek BiAi."
OH MAN. Gue lupa kalau gue brengsek juga.
***
Hari ini hari ke 13 gue
dateng ke tempat Hayi kerja. Kita udah mulai deket. Sst. Maksud gue, gue
udah ngobrol banyak sama dia. Dia juga kalau kosong mau nemenin gue
yang pura-pura belajar dan bantuin gue ngerjain soal.
Asik banget
ngejelasinnya bikin gue paham. Aih, kenapa si Babi gak ngasih tau gue
dari lama sih? Jadikan nilai gue gak jelek-jelek amat.
"Bin coba kerjain yang
ini deh. Aku mau bersihin meja dulu ya." Hayi menunjuk salah satu nomor
soal yang cukup panjang. Hasemeleh males banget gue baca. Untung gue
emang cukup jenius jadi gue bisa ngerjain ini meskipun musti browsing
dulu. HAHAHAH.
Tipikal mahasiswa
internet. #INTERNETFORLIFE #GOOGLEFORSKRIPSHT #GOOGLE>>>DOSEN
#EHGAKDING #GOOGLE<<<<DOSENAJAIB
Hayi kembali dan duduk
disamping gue, gue senyum bangga dan nampangin buku yang isinya jawaban
gue. Baru aja Hayi mau lihat jawaban gue eh hapenya bunyi.
Hayi menatap gue dengan pandangan bersalah, gue ngangguk dan ngasih isyarat dia buat nerima telfon.
"Halo? Appa?"
Eh? Bapaknya?
Oh iya ngomong-ngomong
bapak. Ayah gue kok jarang balik yah. Maksud gue, dia jarang sarapan
bareng. Udah ngibrit aja ke kantor. Ibu gue juga, setelah sarapan dia
sibuk ke kebun buat ngerawat bunga. Padahal biasanya ibu nyuruh gue
ngapain gitu. Ngambil tas ayah atau manasin mobil ayah yang udah jelas
di panasin supir.
"Ini bagus Bin. Opinimu
cukup kuat karena ditambahin bukti di jaman sekarang. Kalau dosennya
aku, aku kasih nilai A-." suara Hayi membuat gue menoleh dan tersenyum
senang.
Nilai A- adalah nilai
tertinggi yang gue dapet jaman semester 1. Itupun karena gak sengaja
baca buku yang soalnya keluar semua dari situ. Matematika dasar. Gue
baca dan hapalin. Bukan pahamin loh.
Hahahahahaha.
Setelah itu? Jangan tanya deh nilai gue berapa? Paling tinggi B- hehehe.
Itupun di tunjang nilai tugas yang dikerjain 'temen' setelah gue kasih duit yah gak seberapalah bisa buat makan sebulan.
"Tadi ayahmu?" tanyaku basa-basi
Hayi mengangguk, "Hehe, ayah selalu menghubungiku. Menyebalkan."
Aku tersenyum tipis. Lah
anak ini sama aja kaya anak lainnya padahal Hayi terlihat ramah dengan
semua orang. Ah ya tentu saja semua anak sama saja kan dengan ayahnya?
Seperti aku yang membenci saat ayah menanyakan aku dimana dan
sebagainya.
"Ah memang semua ayah
menyebalkan. Selalu menggerutu dan menegur kalau kemana-mana padahal
kita sudah dewasa kan. Kamu juga benci dia?"
Hayi mengerutkan dahinya mendengar celotehku. Dia menggeleng-geleng dengan lucu. Menggemaskan.
"Tidak. Aku sangat menyayangi ayah."
"Dia adalah hidupku."
dan Hayi sekali lagi tersenyum meyakinkan sebelum pergi meninggalkanku
dan membantu tukang angkat galon yang kesusahan membuka pintu karena
kedua tangannya membawa galon yang berat.
"Mari saya bantu pak." suara serak dan tebalnya menyambut bapak tukang galon itu.
Gue? Termenung.
***
Dan ya.
Gue akhirnya bisa ngajak
Hayi jalan karena gue bilang gue ada tiket ke taman bermain tapi gatau
satunya buat siapa. Gak ada yang bisa diajak. Awalnya dia nolak...halus
banget tapi tegas. Tapi gue tetep ngeyel dan bilang kalau ini
itung-itung bayaran gue buat Hayi karena dia udah bantuin gue belajar.
UHUK.
MODUSNYA.
LANCAR.
Akhirnya dia mau juga dan yaaaa sekali lagi yaaaa.
Gue udah nyampe depan minimarket dimana dia kerja. Dia bilang shift paginya selesai beberapa menit lagi.
Gue ngaca depan kaca toko sebelah yang mantul.
Bah. Ganteng banget.
Emang gue boyfriend material dah.
Cocok banget sama suasana hari ini yang sejuk-sejuk anget.
"Maaf ya nunggu lama." Gue noleh dan tersenyum manis pada Hayi.
Dia pakai pakaian simple tapi cakep. ih unyu.
"Maaf ya bajunya berlebihan gini. Ini di dandanin eonni yang shift-nya setelahku." Hayi menundukkan wajahnya malu.
BERLEBIHAN APANYA.
INI COCOK BANGET WEH.
KITA JODOH HAY.
"Apanya yang berlebihan, orang cantik gitu." gue berusaha membalas sebiasa mungkin. iya. sebiasa mungkin. ugh. gue pingin teriak man.
***
Kami berjalan beriringan dengan Hayi menatap takjub pada banyaknya permainan/wahana yang ada di taman bermain ini.
Matanya man. Lucu banget kaya anak kecil yang baru pertama kali kesini.
Eh?
Apa dia baru pertama kali kesini?
"Hay mau permen kapas itu gak?" Hayi menoleh dan menatapku ragu.
Aku menunjuk stand
penjual permen kapas yang bentuknya lucu-lucu dengan dagu lancipku. Owh,
wajahku benar-benar sempurna. Tidak perlu operasi plastik untuk
mendapatkan dagu berbentuk V ini. Meskipun tidak selancip punyanya Kim
Donghyuk si mahasiswa kedokteran tukang mabok itu.
Karena terlalu lama
berpikir akhirnya gue dengan B E R A N I menggandeng tangan Hayi dan
mengajaknya berlari layaknya film-film india uhuk ke arah stand permen
kapas. Kenapa gue keringetan? KENAPAAAAAA GUE DEG DEGAN. HATI EH JANTUNG
TOLONG YAH TOLONG.
"Ka..kamu mau yang bentuk apa?"
Ini mulut apa banget sih. sok gagap segala.
"Kamu keringetan Bin. Nih. Makanya jangan lari-lari." Hayi memberikan sapu tangannya.
Kok gue deg-degan yah? Gue kira dia bakal ngusap keringet gue. Lah. Kecewa dah penonton.
"Mbak pesen mickey mouse ukuran besar satu yah."
"Baik, silahkan ditunggu."
"Kamu pesen apa Hay?"
"Tapi ini mahal Bin." Hayi berbisik dan menatap harga yang tertera di papan stand.
"Kan udah gue bilang,
gue yang bayar." setelah tau dia mahasiswa beasiswa full gue paham dia
bukan orang kaya. Tapi kok gue tetep demen. eh? demen? apasih. gue kan
deketin dia buat menang taruhan.
Hidup gue kan bukan
ftv-ftv yang cogan taruhan dapetin cewek jelek terus mencampakkan
ceweknya. habis manis sepah dibuang. terus terus akhirnya si cogan
merasa bersalah dan minta maaf lalu jatuh cinta beneran sama si cewek.
bukanlah. gue gak gitu. tapi gue tetep cogan garis keras. oiya dan juga
bukan cerita si cewek malah sama second lead-nya. bukan yah. hidup gue
ga ada second lead, second lead. jadi para cewek diluar sana kalau gak
sama gue kalian ga bisa sama second lead karena sekali lagi di hidup gue
ga ada yang namanya second lead. titik.
"Aku mau yang pony tale pink dong. Ukuran mini aja."
Aku mendesah kecewa
mendengar ucapannya. Kenapa harus mini sih? Gue ikhlas kok ngebayarin
dia. Toh taruhan Bobby lebih dari duit yang gue keluarin.
"Mbak sama pony tale pink ukuran besar yah."
"Oke mas ganteng!" Gue tersenyum senang mendengar pujian mbak penjualnya. Cantik juga hahaha.
Hayi menarik lengan gue, "Kok besar?"
Gue tersenyum dan menepuk tangannya yang menempel dengan lenganyku, "Enjoy your day sehari aja sih Hay."
Dia mendesah kecewa.
Kami berjalan-jalan
dengan membawa permen kapas ukuran besar di tangan. Dia memakannya
dengan lucu, melahapnya dari ekor. Menggemaskan memang. Gue kaya nemu
adik perempuan hehehehehehehehheheheheheh.
"Kamu mau naik apa Hay?"
"Komedi putar? Aku pengin naik yang kuda. Pasti menyenangkan."
"Ayo." Gue kembali narik Hayi dan membuat dia lari-lari kecil dengan kesusahan.
Apa ibu dulu demen india
yah sampe-sampe gue jadi demen lari-lari gini? DEMI DEWA AMOR DAN
TOMBAKAN CINTANYA! Gue gak pernah kaya gini sama cewek-cewek yang gue
kencani. Not even one. Kalian yang pernah pacaran sama gue pasti berujung main cium dan yah cukup ekstrim. Pergaulan bebas man. Tidak. Aku tidak pernah melewati batas.
Kami hanya minum. Belanja. Makan siang. Jalan-jalan di mall.
Yah yang elite gitu lah. Mereka kan gila shopping.
"Kamu kaya princess, aku prince-nya." Hayi tertawa mendengar celotehku.
"Prince Hanbin jjang!" ujarnya senang dan tertawa bebas.
Kalian pernah merasa
seperti dunia milik berdua? Seperti tidak ada anak-anak lain yang
berteriak kesenangan dengan orang tua mereka dibelakang dan depan
gue...hanya ada gue dan Hayi.
Hanya ada gue yang memperhatikan Hayi dengan kalau orang-orang bilang 'honey eyes' atau apalah itu.
Kenapa dada gue berdebar? Apa ini rasanya jatuh cinta?
Uhhhh gue bukan anak ABG for your information yah.
Bergaul dengan si babi membuat gue jadi ngomong sok english. BARRRRH
***
Setelah menikmati
beberapa wahana kecil-kecilan gue sama Hayi jalan lagi. Sering sih dia
sesekali balesin pesan di hapenya. Ga tau dari siapa. Tiap setengah jam
kayaknya sms deh. Ih bikin kesel aja.
Kali ini es krim yang
ada ditangan kita masing-masing. Dia strawberry, gue vanilla coklat.
Enak lohhh. Jujur aja gue ga pernah makan es krim sama cewek-cewek gue
karena mereka bilang mereka takut gendut dan yah kita pasti makan di
resto yang super mewah jadi mana ada es krim kaya ginian. Cuma dua puluh
ribu sebiji. Dan itu kaya Hayi udah mahal. I was like What The Hayii?
Lagi asik-asik ngobrolin tokoh disney yang kita suka. FYI GUE MICKEY MOUSE.
Dia suka semua cartoon btw. Dia juga suka ngegambar. Wah jodoh. Gue suka ngerapp, dia suka ngegambar.
Nyambung gak? Ya namanya jodoh disambung-sambungin aja kali.
'Mother~ How are you today?'
Hape dia bunyi. Ada telpun.
"Bin bentar yah ayah aku telfon." Hayi berhenti dan menjawab telfon, dia membuatku memegang es krimnya.
"Halo? Appa?"
"..."
"Iya. Hayi lagi ke taman hiburan sama temen."
"..." Hayi melirik padaku dan tersenyum kecil sebelum menjawab ucapan ayahnya dari sebrang sambungan
"Yang sering ke minimarket. Anak ekonomi juga. Yang Hayi udah Hayi ceritain itu loh appa."
"..."
"Belum. Kan belum jam makan siang sore. Appa sudah makan?"
"..."
"Appa jangan lupa minum obat penambah darah yang Hayi beli kemarin loh."
"..."
"Makan nasinya empat centong loh appa!"
"..."
"Minum air putih yang banyak juga!"
"..."
"Hayi sayang appa~"
"..."
"Iya, nanti Hayi cerita kalau udah sampai rumah."
",,,"
"Appa hati-hati yah. Kalau capek istirahat."
"..."
"Dadah appa~"
Hayi memasukkan hapenya dan mengambil es krimnya lagi, "Makasih Bin."
"Sama-sama. Eh, kamu sayang banget yah sama ayahmu?"
Gue penasaran. Banget. Katanya dia bilang ayahnya menjengkelkan. Tapi kok sayang?
Hayi ngangguk dengan tegas, "Appa sudah menjadi appa dan eommaku sejak eomma meninggal waktu aku SD kelas dua."
"Ah maaf."
"Tidak apa-apa. Appa bekerja sangat keras sebagai kepala keluarga dan mengajariku dengan lembut sebagai ibu."
"Hebat sekali ayahmu."
Hayi tersenyum bangga,
"Appa sudah tua dan punya penyakit asam urat tetapi dia tetap bekerja
keras. Padahal aku sudah bilang aku bisa membiayai kehidupan kami
berdua."
Gue mengangguk-angguk, "Ayahmu bekerja dimana?"
"Appa bekerja serabutan.
Sekarang dia sebagai pengumpul kertas bekas dan kardus. Appa akan
membuatnya jadi kerajinan yang cukup berharga."
Kali ini gue menelan ludah.
"Kamu tahu Bin? Sosok
ayah sangatlah kuat. Dia tidak akan berkata tidak bisa walaupun susah.
Dia akan menuruti semua keinginan anaknya meskipun harus kesana kemari."
Kami memutuskan duduk di bangku yang di sediakan.
Hayi menunjuk penjual
balon, lalu pemain badut. Kemudian tukang bersih-bersih lalu dia
menunjuk ke atas dan menunjuk beberapa lelaki setengah baya yang sedang
memasang spanduk di atas tiang.
"Melihat mereka bekerja seperti itu untuk siapa? Pasti keluarga mereka."
"Oh iya bukan hanya sosok ayah tapi sosok ibu juga. Sosok orang tua."
"Mereka berusaha sekeras mungkin untuk membahagiakan anaknya."
"Kamu juga sayang orang tuamu kan Bin?"
Gue menoleh dan mengangguk. Kaku.
Air mata gue pengin menetes begitu saja.
Gue kalah Bob.
Gue gak bisa menciumnya.
Gue gak bisa membuatnya jatuh hati.
Gue yang kasar ini
merasa sangat bersalah pada semua orang yang selalu gue pandang sebelah
mata. Gue maki-maki bahkan orang tua sekalipun.
Gue yang manja ini pada kedua orang tuaku. Gue yang pemaksa.
Gue yang...
"Hay, kalau pulang sekarang gimana? Aku kangen ibuku."
Hayi sedikit terkejut
mendengar ucapan gue tapi kemudian dia tersenyum mengerti dan
mengangguk. Kali ini Hayi yang memimpin, dia mengambil tangan gue dan
membuat gue berdiri. Kami berjalan bersama dengan jemari yang saling
bertautan. Air mata ini menetes. Gue terisak.
"Tidak apa-apa Bin. Mengangislah karena perasaanmu."
***
Gue memasuki ruang
kantor ayah yang sengaja ayah buat di rumah. Gue lihat ayah tertidur
sambil duduk di meja kantornya. Gue deketin ayah dan air mata gue
menetes, wajahnya tampak lesu dan letih. Pasti ayah lelah dengan
pekerjaannya di kantor dan saat dirumah bukannya istirahat tetapi
melanjutkan pekerjaannya di tambah dengan seorang anak lelaki
satu-satunya yang tukang merengek.
"Appa...mianhae."
"Appa...Hanbin loves you."
"Appa...Hanbin akan berubah. Maafkan Hanbin appa."
***
Komentar
Posting Komentar