Tittle : Nunc scio
quid sit amor
Author : Darkrainbovv
Cast : Song Joongki - Moon Chae Won
Disclaimer : Cerita ini murni hasil jerihpayah otak genius (?) saya. Tokoh-tokoh milik Tuhan YME.
Happy Reading!
Kuaduk
Moccacino panas yang tersedia didepanku.
Café
ini memang tempat yang tempat untuk menghilangkan kepenatan.
Kutopangkan
dahiku dikedua tanganku yang mengepal dan memejamkan mataku perlahan.
Elsa?
Do
you want to build a snowman?
Come
on, let’s go and play!
I
never see you anymore, come out the door.
It’s
like you’ve gone away~~
Alunan
piano dan suara imut Anna dalam salah satu soundtrack ‘frozen’ menyadarkanku dari lamunanku dan membuatku membuka mataku
yang terpejam.
Aku
menoleh kearah jendela disebelah kiriku, salju pertama turun…
Aku
tersenyum tipis melihat orang-orang diluar sana sama denganku…mengamati dan
mulai merasakan salju pertama yang turun ditahun ini.
Kulihat
seorang anak laki-laki kecil sedang bermain dengan seorang gadis kecil, mereka
tertawa bersama sambil membuat boneka salju mereka.
Mataku
mulai memanas melihat pemandangan itu, semua itu mengingatkanku tentang dia
yang sedang terbaring lemah. Moon Chae Won.
Flasback
Gadis
kecil itu terus saja membicarakan tentang indahnya taman yang dia kunjungi tadi
sore bersama perawatnya.
Sang
ibu tersenyum mendengar ocehan putri-nya yang baru berusia 7 tahun itu sambil
terus menyisiri rambut hitam panjang milik Chae Won.
“Eomma~
kita harus mengunjunginya nanti bersama appa dan Jae Won oppa!” serunya sambil
tersenyum senang
Ibu
Moon mengangguk dan membalik tubuh mungil putri-nya itu, “Nah, sekarang uri
Chae Won sudah cantik lagi. Eomma akan membantu ahjumma Yoon menata meja makan.
Chae Won mau bermain dulu?”
Chae
Won mengangguk semangat, “Eomma, bolehkan aku ketaman lagi besok sore?”
Ibu
Moon tersenyum dan mengangguk sambil mengusap rambut Chae Won.
***
“Chae
Won-ah…ahjumma akan membeli air mineral dulu di supermarket sebelah. Chae Won jangan pergi kemana-mana yah.” Pesan
ahjumma Yoon sesaat mereka baru saja memasuki gerbang taman
Chae
Won mengangguk, “Ahjumma, aku ingin dua es krim vanilla.” Pintanya yang
disambut anggukan kecil perawatnya itu
Gadis
kecil itu merasa bosan, akhirnya dia berjalan-jalan disekitar taman.
Ekor
matanya menangkap sesosok anak laki-laki yang sedang duduk dibawah pohon sambil
memeluk lututnya, Chae Won pikir dia menangis.
Dengan
pelan dia mendekat kearah anak laki-laki itu.
“Kau
kenapa?” tanyanya pelan saat dia sudah berjongkok didepan anak laki-laki itu
Anak
laki-laki itu mengangkat kepalanya perlahan, matanya sembab dan hidungnya
mengeluarkan cairan karena terlalu banyak menangis.
Chae
Won mengambil sapu tangannya dan memberikannya pada anak laki-laki itu.
“Mengapa
menangis? Kurasa kau adalah anak tampan, tapi jadi jelek jika menangis seperti
ini hiih.” Ujar Chae Won dengan nada lucu yang membuat anak laki-laki itu
tertawa kecil, Chae Won tersenyum senang.
“Aku
menangis karena aku sedih, gadis yang aku sukai tidak mau menjadi kekasihku.”
Ujarnya pelan dengan suara seraknya
Chae
Won membulatkan matanya sedetik kemudian tawanya lepas begitu saja membuat anak
laki-laki itu terkejut dengan gadis kecil yang baru saja menemuinya.
“Yah!
Kau ini bukannya sedih malah menertawakanku!” ujar anak laki-laki itu masih
dengan suara seraknya
Chae
Won mengusap air mata yang keluar karena tertawa terlalu keras
“Kau…ha
ha ha…kau lucu sekali…hahaha…menangis karena ditolak….”
“Bukankah
kita itu masih kecil ha ha ha….”
Anak
laki-laki mendengus kesal sambil mengusap air mata-nya dengan sapu tangan hijau
muda milik Chae Won.
“Oiya,
namamu siapa? Kau ini mirip sekali dengan kakakku kalau menangis. Namaku Chae
Won. Moon Chae Won.” Chae Won mengulurkan tangannya untuk berjabat
Anak
laki-laki itu terdiam namun menjabat tangan kecil Chae Won dan membalas senyum
tulus gadis kecil itu, “Namaku Joongki. Song Joongki.”
“Chae
Won-ah!!”
“Moon
Chae Won! Akhirnya ahjumma menemukanmu sayang.”
Teriakan
ahjumma Yoon membuat Chae Won melepas jabatan tangan mereka, lalu Chae Won
berlari kearah ahjumma Yoon yang memeluknya erat sambil menangis.
“Ahjumma
kenapa menangis?” tanyanya dengan nada khas anak-anak
Ahjumma
menggeleng pelan, “Sekarang pulang yah. Chae Won Appa sudah menunggu dirumah.”
Chae Won mengangguk setuju
Sebelum
pergi dia menoleh kebelakang dan melambaikan tangannya pada Joongki kecil yang
menatapnya
“Sampai
jumpa lagi Joongki-yah. Sekarang kita berteman okay!” teriaknya sambil berjalan
menjauh
Hari,
minggu, bulan, tahun terus berjalan.
Chae
Won dan Joongki menjadi sahabat baik, mereka bahkan bersekolah di sekolah
menengah yang sama.
Keluarga
Moon dan keluarga Song juga menjadi dekat, apalagi jarak rumah mereka tidak
terlalu jauh.
Mereka
sering pergi bertamasya bersama dan makan malam dirumah keluarga Moon ataupun
keluarga Song bergantian.
Setiap
berita di televisi mengatakan akan turun salju pertama maka mereka akan
langsung pergi ke taman tempat mereka bertemu dan membuat salju kecil mereka
bersama.
Chae
Won bertumbuh menjadi gadis cantik idola para lelaki disekolah nya begitu pula
dengan Joongki, semua orang mengatakan bahwa Chae Won dan Joongki adalah
pasangan kekasih paling serasi meskipun kenyataan-nya tidak seperti itu.
Hari
itu salju pertama turun, Joongki yang sudah menyelesaikan latihan basketnya
langsung berlari kekelas sastra dimana Chae Won berada namun Chae Won tidak
sendiri melainkan berdua dengan seorang pemuda yang dikenal oleh Joongki.
Pemuda
itu memeluk Chae Won yang sedang terduduk dipojok ruangan, Chae Won juga membalas
pelukannya.
Entah
kenapa namun air mata Joongki turun tanpa disadarinya. Hatinya terasa hancur
melihat sahabatnya dipeluk oleh lelaki lain.
Perlahan
Joongki melangkah mundur dan meninggalkan dua insane yang sedang berpelukan itu.
“Hiks…neomu
appo Shi Ho oppa…neomu appo….” Rintih Chae Won mempererat pelukannya pada pria
tersebut, jemari lentiknya mencengkram punggung senior-nya itu.
Cairan
bening itu terus mengalir dipipi Chae Won, bibir dan wajahnya telah pucat pasi.
Shi
Ho terus berusaha menghubungi keluarga Chae Won dengan ponsel milik Chae Won.
“Chae
Won-ah, aku akan menggendongmu dan membawamu kerumah sakit sekarang.
Bertahanlah! Kumohon!” ujarnya cemas lalu dengan hati-hati dia mengangkat tubuh
lemah Chae Won dan berlari keluar mencari bantuan.
Joongki
duduk ditaman tempat Chae Won dan dirinya menghabiskan waktu bersama.
“Apa
aku mencintai gadis bodoh itu?” gumam Joongki pelan
“Apakah
dia telah mengambil hatiku tanpa sepengetahuanku?” tanyanya pada diri sendiri
Salju
terus turun, namun dinginnya salju dan angin sore itu tak dapat membekukan
kepanasan hati dan pikiran pemuda dua puluh tahun itu.
***
Mentari
pagi bersinar terik menghangatkan warga Seoul yang cukup kedinginan dengan hawa
musim dingin yang baru dua minggu berjalan.
Joongki
berjalan lemas melewati koridor kampus dimana dia kuliah bersama Chae Won.
Perlahan
dia berjalan kearah kelas dimana Chae Won seharusnya berada. Kosong
Sudah
dua minggu kejadian itu berlalu, Joongki berusaha menjauh dari Chae Won namun
bukannya dia yang pergi tapi Chae Won yang tak pernah dia temui.
Hampir
satu minggu pertama nama Chae Won selalu muncul di ponselnya namun dia tak
berminat untuk mengangkatnya.
Kali
ini Joongki benar-benar merindukan gadis yang selalu menggodanya itu.
Pemuda
tampan itu berjalan masuk kedalam kelas melukis tempat biasa sahabatnya itu
berada, sebuah kanvas yang tertutupi oleh kain putih menarik perhatian Joongki.
Dibukanya
kain putih itu perlahan, Joongki mengerjapkan matanya dan membuka mulutnya
cukup lebar. Lukisan itu benar-benar mirip dengan wajahnya.
Siapa
yang melukis wajahnya se-sempurna ini? Pikir Joongki kagum
Kali
ini matanya dengan jeli membaca setiap kalimat yang tertulis didalam note yang
tertempel dikanvas tersebut
Joongki-ssi
Saengil Chukkae-yo! Sahabat
terbaikku!
Semoga kau selalu
menjadi yang terbaik dan lebih baik lagi.
Maafkan aku selalu
menggodamu dan membuatmu kesal dengan tingkah konyolku.
Aku tak tahu mengapa
kau menjauhiku akhir-akhir ini, telfonku tak kau angkat tapi aku malas untuk
mengetik pesan untukmu jadi note ini kutitipkan pada temanku dan menyuruhnya
untuk menempelkan note ini dilukisan jelekku. Walaupun alku tak tahu kapan kau
akan menemukannya. Oiya, lukisan jelek ini kubuat beberapa minggu yang lalu.
Jika kau tak suka, kau
boleh membuangnya. Karena ini sekarang menjadi milikmu.
Song Joongki,
saranghaeyo.
Aku takut, aku tak bisa
mengatakan ini.
Saranghaeyo
Joongki-yah! Berbahagialah!
-Moon Chae Won yang
cantik dan super imut!-
Pemuda
tampan itu terduduk bersimpuh didepan lukisan indah milik Chae Won.
Dengan
tangan gemetar dia mencari ponselnya dan menghubungi nomor gadis yang
dicintainya itu.
“Moon
Chae Won! Kenapa tidak aktif!” teriaknya kesal
Kali
ini Joongki mencoba menghubungi kakak Chae Won, walaupun dia tahu bahwa kakak
Chae Won sekarang masih bekerja di Belanda.
Tuuut-Tuuut-Tuuut
Hampir
saja Joongki membanting handphone-nya namun suara serak Moon Jae Won membuat
Joongki tersadar.
“Yoboseyo?”
“Hyung!
Dimana Chae Won?”
“Huh,
apa maksudmu? Apa kau tak tahu dimana adikku itu?”
Joongki
mengerutkan dahinya tak mengerti, terdengar suara desahan sedih Jae Won
disebrang telepon
“Waeyo
hyung? Ada apa dengan Chae Won? Aku tak menemuinya 2 minggu ini.”
“Ah…jadi
begitu. Kupikir Chae Won atau eomma menghubungi kau.”
“Ada
apa hyung?! Apa yang terjadi?”
“Chae
Won dirawat dirumah sakit 2 minggu lalu, penyakitnya kambuh setelah sekian
tahun dia merasa penyakitnya hilang perlahan-lahan. Aku belum bisa
mengunjunginya karena kesibukanku. Kuharap dia baik-baik saja.”
“Apa?!
Apa kau bilang hyung?! Penyakit? Mengapa dia tak pernah mengatakan ini padaku?”
“Jadi
dia tak pernah bercerita padamu? Kupikir kalian sudah mengenal satu sama lain
luar dalam. Sudahlah, sekarang kau bisa mengunjungi Chae Won di Seoul Hospital
ruangan 309 okay. Eomma menelfonku saat ini, bye!”
Tut-tut-tut
Penyakit?
Mengapa
dia tak pernah mengatakan ini padaku?
Dia
selalu cerita dan tak pernah kelelahan walaupun kami mendaki gunung.
Chae
Won-ah, gwenchanayo?
***
“Chae
Won-ah….” Gumamku pelan
Aku
menghabiskan moccacinoku dalam satu tegukan dan meninggalkan uang bills diatas meja sebelum berangkat ke
rumah sakit.
Kuputuskan
untuk memberikan kejutan pada Chae Won, kuharap dia akan sadar secepatnya
walaupun selama 3 bulan ini aku tak mendengar kabar keadaan Chae Won menjadi
‘lebih baik’ dari keluarganya.
“Kau
kuat Chae Won!” perkataanku seperti mengarah padaku saat ini.
Apakah
aku kuat melihat wanita yang sangat kucintai terbaring lemah penuh selang
diranjang rumah sakit?
Apa
aku kuat?
Jika
aku tak kuat, bagaimana dengan Chae Won?
Aku
bahkan belum mengatakan padanya bahwa aku juga mencintainya. Sangat
mencintainya.
Aku
mengambil nafas dalam sebelum membuka pintu coklat itu, agak susah memang
membawa 100 balon berwarna warni dengan seikat bunga lili dan sekantung coklat
kesukaan gadis bodoh ini.
Dengan
langkah pelan aku mendekati ranjang Chae Won, untung saja orang tua Chae Won
sedang pergi makan dan menitipkan Chae Won padaku.
Kuletakkan
semua barang-barang itu dan duduk disamping Chae Won.
Kugenggam
jemari lentik Chae Won yang terlihat pucat, kucium dan letakkan dipipiku.
Air
mataku terus mengalir membasahi jemari Chae Won.
“Apa
kabar uri Chae Won-ah? Aku bosan
sendiri tanpamu….”
“Sudah
3 bulan kau berada disini, semua orang menanyakan kemana perginya pasangan
serasi dikampus?”
“Semua
orang bertanya dimana gadis cantik namun gila yang selalu ada disamping
pangeran tampan bernama Song Joongki?”
“Guru-guru
juga bertanya dimana calon istri ku kelak itu…”
“Kita
tertawa bersama saat semua orang mengatakan bahwa kita sepasang kekasih, bahkan
kita tertawa tebahak-bahak didepan guru yang mengatakan kita akan menikah
kelak.”
“Apa
kau merindukan saat-saat itu Chae Won-ah?”
“Apa
kau tak cemburu dengan gadis-gadis cantik dan sexy yang mendekati dan menggoda
pangeran-mu ini?”
“Hahahahahaha,
kau pernah mengatakan bahwa sahabatmu ini seperti pangeran dalam negeri dongeng
yang semua gadis dambakan. Apakah aku termasuk pangeranmu?”
“Maafkan
aku…” lagi-lagi air mata Joongki menetes membasahi jemari Chae Won.
“Maafkan
aku yang terlalu sibuk dengan tawa kita, aku tak pernah melihat wajah
kesakitanmu…wajah menderitamu saat menahan sakitmu ini.”
“Maafkan
aku Chae Won-ah…aku selalu menuntut wajah ceria mu dan godaan mengesalkanmu.”
“Aku
tak pernah mengetahui air mata kesakitanmu…”
“Chae
Won-ah…aku mencintaimu.”
“Sangat
mencintaimu, bukan hanya sebagai seorang teman, sahabat, keluarga, wanita…aku
mencintaimu seperti Pangeran mencintai Putri, seperti Ken mencintai Barbie,
seperti Romeo mencintai Juliette, seperti pria didalam drama-drama yang kau
tonton itu Chae Won-ah. Aku benar-benar mencintaimu, kumohon bangunlah…aku
ingin kau mendengarnya.”
“Aku
ingin kau melukis wajahku seribu kali dan aku ingin kau melukis wajahku
dengan anak kita. Aku ingin kau melukis
keluarga kita, keluarga kecil kita. Merawatku dan anak-anak kita.”
“Bangunlah….kumohon….”
Tangisan
Joongki semakin membesar, dadanya sangat sakit melihat Chae Won tak kunjung
membuka matanya.
Joongki
berdiri dari duduknya dan tersenyum pilu.
“Ini!
Aku membawa sekantung coklat yang kau inginkan.”
“Aku
membawa bunga lili kesukaanmu, walaupun kau selalu berkata kau tidak suka bunga
karena itu terlalu feminime.”
“Lihat!
Aku membawa balon! Seratus buah! Bukankah kau bilang kau ingin seorang pria
menyatakan cinta padamu dengan membawa seratus balon berwarna-warni?”
“Lihat
Chae Won….aku melakukannya. Akulah pria itu…akulah pria yang selama ini
mencintaimu.”
Pria
tampan itu duduk bersimpuh disamping ranjang Chae Won.
Air
matanya terus mengalir dengan isakan kepedihan.
Joongki
menekuk lututnya dan membenamkan wajahnya sambil memeluk lututnya itu.
Sama
seperti kejadian 13 tahun yang lalu saat seorang gadis kecil menolak cinta
monyetnya itu.
Sekarang
siapa yang akan menghiburnya?
Gadis
itu terbaring lemah dihadapannya.
***
Gadis
berkucir kuda itu melempar sebatang coklat kearah pemuda yang duduk terbaring
sambil membaca komik.
Pemuda
itu menoleh kearah pintu dan mendapati sahabatnya memutar bola matanya kesal
“jejejeje,
jadi begini orang sakit itu…menyuruh orang seenaknya karena kakinya tak dapat
berjalan dengan benar. Kau harus membelikanku sekantung coklat saat aku sakit.”
Decaknya kesal sambil berjalan kearah Joongki
“Yah!—“
belum sempat Joongki membalas Chae Won sudah duduk disampingnya
“Apakah
sakit Song Joongki-ssi?” tanyanya manis membuat Joongki menelan ludah
Sedetik
kemudian teriakan Joongki menggema dikamarnya karena pukulan ‘cukup’ keras dari
telapak tangan Chae Won
Chae
Won tertawa keras melihat ekspresi sahabatnya itu
“Jejejejeje,
beginikah almighty Song Joongki saat kesakitan! Cakkaman! Aku akan memotret ini
terlebih dahulu!” Chae Won masih tertawa sambil mengeluarkan handphonenya dan
mengabadikan foto-foto Joongki dengan ekspresi tak terduganya
“Yah!
Apa kau tak tahu sakitnya itu seperti apa huh!” Joongki merebut ponsel Chae Won
dan menyelipkannya kebawah bantal
Chae
Won menggerutu kesal namun tersenyum manis kearah Joongki dan menggeleng polos
“Mollayo
Song Joongki-ssi…” ujarnya dengan nada polos
Pak!
Joongki memukul dahi Chae Won cukup keras
“Yah!!
Sakit atau tidak kau tetap menyebalkan heol!” geram Chae Won sambil mengusap
dahinya yang sedikit memerah
Joongki
tersenyum puas, “Makanya, jangan berurusan dengan pangeran tampan ini.”
“HEOL!!
Daebak!” rutuk Chae Won lalu mereka memakan coklat bersama-sama
***
Usapan
lembut jemari Ibu Moon membangunkan Joongki dari tidurnya karena kelelahan
menangis.
Joongki
mendongakan wajahnya dan tersenyum kecut kearah ibu Moon.
Ibu
Moon membantu Joongki berdiri dan duduk disofa, “Apakah uri Chae Won
merepotkanmu sampai kau kelelahan menangis?” tanyanya lembut namun terdengar
pilu
Joongki
lagi-lagi tersenyum kecut dan mengangguk pelan, “Kapankah gadis nakal itu
membuka matanya eommoni?” tanya Joongki dengan suara serak
Ibu
Moon tersenyum tipis dan menatap Chae Won yang masih menutup matanya, “Sebentar
lagi…dia pasti akan bangun. Sebentar lagi……uri
Chae Won akan bangun dan melakukan hal-hal gila lagi bersamamu, bersamaku,
bersama kita…uri Chae Won—“ suara
lemah ibu Moon telah berganti dengan isakan tangisnya.
Joongki
memeluk wanita cantik itu yang sudah dianggapnya sebagai ibu sendiri.
Sakitnya
sama, waktunya pun sama.
Kami
menunggumu kembali Moon Chae Won.
***
“Joongki-yah!”
teriak Chae Won sambil menutup kedua mata Joongki dari belakang membuat pemuda
itu terlonjak kaget
Joongki
melepas tangan Chae Won dengan cepat dan sedikit kasar karena Chae Won terlalu
kuat menutup matanya
“Yah!
Sudah berapa kali aku katakan untuk tidak melakukan hal-hal seperti ini!”
omelnya yang dibalas oleh Chae Won yang menirukan omongan Joongki dengan mulut
berkomat-kamit
Joongki
mendesah pelan dan menyentil dahi sahabatnya itu, “Aww!” pekik Chae Won
“Apakah
itu sakit Moon Chae Won-ssi?” tanyanya menggoda
Chae
Won melirik tajam namun sedetik kemudian tersenyum sangat manis, hampir saja
Joongki jatuh kebelakang karena senyuman manis Chae Won.
“Joongki-yah….jalan-jalan
yuk…aku ingin ke pasar malam nanti malam…ayolah~~~” rajuknya manja sambil
bergelendot dilengak Joongki
“Ayolah~~
ayolah~~yeobo-ya~~” rajuknya manja sambil mengedipkan matanya
Semua
orang yang melihat mereka pasti akan mengatakan bahwa mereka sepasang kekasih.
Namun, mereka tak peduli. Mereka menikmati semua ini.
Joongki
lagi-lagi hanya bisa mendesah pelan dan mengangguk, tak pernah sekalipun
rajukan Chae Won ditolaknya. Karena hanya Chae Won lah yang selalu
disampingnya, walaupun kadang permintaannya terlalu ekstrim menurut Joongki
namun dia tak pernah bisa menolaknya.
“Whoa!
Daebak! Daebak!” pekikan Chae Won membuat Joongki menutup wajahnya karena malu
Chae
Won terus meneriakkan daebak saat melihat sesuatu yang tak biasa menurutnya.
Kali
ini mereka duduk dikedai ice cream, binar mata Chae Won tak dapat mengalihkan
pandangan Joongki terhadapnya.
Walaupun
dia sering melihat Chae Won berbinar matanya, namun kali ini dia benar-benar
terlihat cantik dengan binar matanya.
“Lihat
disana Joongki-ssi…aku ingin seorang pria datang kepadaku dan mengatakan
cintanya sambil membawa ratusan balon seperti itu…” ujarnya semangat sambil
menunjuk penjual balon
Joongki
berdecak meremehkan, “Nikahi saja penjual balon itu ratu drama!” ejeknya sambil
memakan ice cream nya lagi
“Heleh…bilang
saja kalau kau juga ingin seorang pria melamarmu dengan ratusan balon
sepertiku.”
“Heol!
Daebak! Sepertinya pria itu akan lebih bahagia denganku daripada dengan singa
betina sepertimu Chae Won-ah…” ujar Joongki sambil mengacak rambut Chae Won
Chae
Won mendelik dan merapihkan rambutnya lagi, “Huh…intinya aku ingin. Jika kau
punya waktu kau bisa mengumumkan ini. Semua laki-laki mau itu dongsaeng, oppa,
ahjussi atau haraboji pun tak apa jika mau mengatakan cintanya padaku dengan
ratusan balon itu asal jangan kau Song Joongki-ssi!” ujarnya dengan nada kesal.
Perkataan
itu hanya dibalas manyunan oleh Joongki.
***
“Whoa!
Daebak! Daebak! Daebak! Daebak! Dae—“ jemari kekar Joongki tepat mendarat di
bibir Chae Won dan membuatnya terdiam kaku
“Cukup!
Seribu kalipun kau memujinya, penyanyi itu takkan mendengarmu.” Ujar Joongki
masih dengan tangan yang menempel dibibir Chae Won
Chae
Won mengedipkan matanya, dia menoleh kearah Joongki yang sedang menikmati
minumannya
Mengapa
hatiku berdegup begitu kencang? Pikir Chae Won
“Appaakaautttakmmmauumeeelepasstanganmuitusongjoongkissi”
ujar Chae Won susah payah, bisa saja dia menggigit tangan Joongki namun dia tak
ingin menyakiti sahabatnya itu
Reflek
Joongki melepaskan tangannya dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
“Apa
kau ingin kukatakan ‘daebak’ juga Joongki-yah?” tanyanya yang membuat Joongki
melirik tajam kearah Chae Won
“An..aniyo…aku
hanya tak ingin orang-orang mengatakan bahwa aku membawa gadis gila kedalam
cafĂ© ini.” Jelas Joongki gugup tanpa memandang Chae Won
Chae
Won menatap wajah Joongki dan mendekatkan wajahnya kearah Joongki.
Dia
memiringkan wajahnya kekanan dan kekiri, hidungnya bersentuhan dengan hidung
Joongki.
Sesaat
waktu seperti terhenti, namun perkataan Chae Won merusak segalanya
“Aku
kan selalu mengatakan daebak saat kau bermain basket dan saat kau mendapat
gelar siswa terpintar sampai kuliah inipun aku selalu mengatakan daebak. Apa
itu tak cukup?”
Joongki
menghembuskan nafas lega saat Chae Won menjauhkan wajahnya dan menatap kearah
panggung lagi
“Aku
tak butuh ‘daebak’ mu itu gadis gila!” ujar Joongki yang membuat Chae Won
tersenyum mengejek
“Lihat
saja nanti kau akan merindukan kegilaanku ini Song Joongki-ssi…”
“Tidak
akan wlek!”
***
“Aku
merindukannya…aku merindukan kegilaanmu…semua tentangmu…aku merindukannya.”
“Aku
merindukanmu Moon Chae Won.” Ujar Joongki lembut sambil mencium punggung tangan
Chae Won yang semakin kurus
Ayah
dan Ibu Chae Won sedang makan siang bersama kakak Chae Won yang baru saja
datang.
Terkadang
orang tua Joongki pun datang dan menengok Chae Won yang mereka anggap sebagai
putrid kandung mereka sendiri.
“Babocheorom wae?”
“Babocheorom wae?”
“Babocheorom
wae?”
“Apakah
aku begitu bodoh berharap kau akan kembali pada kami?” mata pemuda itu mulai
memanas
Tes…
Air
matanya jatuh tepat dikelopak mata Chae Won.
Tit….tit….tit….tit….tit….
Alat
pendeteksi denyut jantung itu tiba-tiba berbunyi karena garis yang seharusnya
naik turun mulai mengeluarkan garis lurus.
Jantung
Joongki berdebar kencang, dengan jari gemetar dia memencet bel perawat
“Chae
Won-ah! Jebal! Jangan tinggalkan aku!
Chae Won-ah! Kau benar-benat bodoh jika kau meninggalkanku Chae Won!”
“Suster!
Dokter! KALIAN KEMANA! CEPAT! SUSTER! DOKTER!!!!!!!!!!!!”
Tit…………………
***
Te valde amo ac semper amabo (I love you very much, and always
will forever)
Pemuda itu
tersenyum lebar mendapati notes kecil yang tertempel dilampu tidur kamar mereka
Belum
sempat dia mebaringkan tubuh kekarnya lagi, pintu kamar terbuka dan suara
lengking milik putrinya membuatnya terkejut dan terduduk kembali.
“Happy birthday appa!”
“Happy
birthday appa!”
“Saranghaneun
uri Appa~~~~~”
“Happy
birthday appa~~” gadis kecil itu tersenyum lebar setelah menyanyikan lagu ulang
tahun bersama ibunya itu
Wanita
cantik yang berdiri sambil membawa kue tersenyum lebar melihat suaminya yang
berkaca-kaca
Joongki
membuka kedua tangannya mengharap pelukan dari putri dan istri tercintanya itu.
Dengan
sigap wanita cantik itu menaruh kue diatas meja dan memeluk suaminya bersama
putri tercintanya itu.
“Terima kasih
Tuhan….aku bahagia bersama keluarga kecil kami walaupun aku pernah hampir saja
kehilangan dia namun engkau memberikanku kesempatan kedua untuk mengatakan aku
mencintainya. Terima kasih Tuhan, aku bahagia…dan aku tak akan menyia-nyiakan
kebahagiaanku ini.” Doa Joongki dalam hati sebelum meniup lilin yang berbentuk
angka 30 itu.
The End
lagi lagi :D
BalasHapushahaha, yaampun kaget iseng buka blog ada yang komentar. Makasih yah kometarnya, seneng deh aku ^^
HapusHoaaah akhirnya yang punya blog muncul. Suka sama ff chaeki ini :D udah baca berulang ulang kali tetep suka, semoga ada yang baru :D
BalasHapusHehehehe maaciw :3 aku gak nyangka ternyata yang nulis ff ini itu aku-_- wohoho, anon kaya menanti kedatanganku azah :3
Hapus